LiatAja ~Raeni yang anak tukang becak lulus dari Unnes sebagai cumlaude dengan IPK 3,96 dan diantar sang ayah saat wisuda dengan naik becak.
Di antara 1.053 lulusan ada hal yang membanggakan, setidaknya bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi (Akuntansi) Fakultas Ekonomi Unnes, Raeni, yang dinyatakan lulus terbaik program sarjana S-1 se Universitas dengan IPK 3,96 dan lulus dalam waktu 3 tahun 6 bulan 10 hari. Dia tidak menyangka kalau dirinya, salah satu penerima beasiswa bidikmisi yaitu beasiswa bagi mahasiswa berlatar belakangan keluarga tidak mampu namun punya prestasi bagus di bidang akademik bisa berprestasi seperti itu.
Dan yang menjadi banyak mahasiswa dan orang tua wisudawan terkesima, ternyata bapaknya Raeni, adalah seorang tukang becak, Bapak Mugiyono (55 tahun) yang tinggal di RT 01 RW 02 Kelurahan Langenharjo Kabupaten Kendal. Bahkan sebagai rasa syukurnya, Pak Mugiyono membawa becaknya dari Kendal menuju Semarang diangkut mobil sampai di sekitar kampus Sekaran, Gunungpati, lalu berpenumpang anak yang diwiuda, Mugiyono mengayuh becak menuju auditorium tempat upacara wisuda anaknya dilangsungkan.
“Saya terharu saat sampai di depan auditorium ini disambut sendiri oleh Bapak Rektor, disalami dan diajak masuk bareng ke upacara wisuda. Kami berterima kasih pada pemerintah yang memberi beasiswa sehingga anak kami bisa kuliah sampai lulus, kepada Unnes dan Bapak Rektor” ujar Mugiyono yang bisa hadir bersama istrinya, Sujamah.
Raeni tanpa canggung duduk di becak yang dikayuh ayahnya dari tempat kos di sekitar kampus Unnes menuju lokasi wisuda. Usai wisuda pun, peraih beasiswa Bidik Misi itu kembali menumpang becak sang ayah. Bahkan Rektor Unnes, Prof. Fathur Rokhman, sempat ikut menumpang menuju rektorat.
Raeni menuturkan sempat terancam tak bisa meneruskan kuliah karena penghasilan ayahnya sebagai tukang becak tak cukup. Tapi kini ia membuktikan bahwa anak seorang tukang becak juga mampu berprestasi meski pontang panting mencari beasiswa. Bungsu dari dua bersaudara ini lulus setelah mengenyam pendidikan selama 3 tahun 6 bulan 10 hari.
"Saya kesana kemari mencari beasiswa tapi tidak ada yang dapat. Kemudian saya tahu Unnes masih buka pendaftaran. Saya coba daftar dan ternyata diterima," ucap Raeni. "Di Unnes itu IPK minimal 3 jadi saya berusaha sebaik mungkin dan nggak nyangka hasilnya Alhamdulillah seperti ini."
"Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi," lanjut gadis yang bercita-cita jadi guru itu. "Pengennya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi."
Demi mendapatkan uang untuk kuliah sang anak, Mugiyono rela pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon. "Selepas pensiun dari perusahaan kayu lapis, saya mbecak. Hasilnya, ya, tidak tentu, sehari Rp 10 ribu. Namun, saya juga nyambi jadi penjaga malam sekolah," tuturnya.
Di antara 1.053 lulusan ada hal yang membanggakan, setidaknya bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi (Akuntansi) Fakultas Ekonomi Unnes, Raeni, yang dinyatakan lulus terbaik program sarjana S-1 se Universitas dengan IPK 3,96 dan lulus dalam waktu 3 tahun 6 bulan 10 hari. Dia tidak menyangka kalau dirinya, salah satu penerima beasiswa bidikmisi yaitu beasiswa bagi mahasiswa berlatar belakangan keluarga tidak mampu namun punya prestasi bagus di bidang akademik bisa berprestasi seperti itu.
Dan yang menjadi banyak mahasiswa dan orang tua wisudawan terkesima, ternyata bapaknya Raeni, adalah seorang tukang becak, Bapak Mugiyono (55 tahun) yang tinggal di RT 01 RW 02 Kelurahan Langenharjo Kabupaten Kendal. Bahkan sebagai rasa syukurnya, Pak Mugiyono membawa becaknya dari Kendal menuju Semarang diangkut mobil sampai di sekitar kampus Sekaran, Gunungpati, lalu berpenumpang anak yang diwiuda, Mugiyono mengayuh becak menuju auditorium tempat upacara wisuda anaknya dilangsungkan.
“Saya terharu saat sampai di depan auditorium ini disambut sendiri oleh Bapak Rektor, disalami dan diajak masuk bareng ke upacara wisuda. Kami berterima kasih pada pemerintah yang memberi beasiswa sehingga anak kami bisa kuliah sampai lulus, kepada Unnes dan Bapak Rektor” ujar Mugiyono yang bisa hadir bersama istrinya, Sujamah.
Raeni tanpa canggung duduk di becak yang dikayuh ayahnya dari tempat kos di sekitar kampus Unnes menuju lokasi wisuda. Usai wisuda pun, peraih beasiswa Bidik Misi itu kembali menumpang becak sang ayah. Bahkan Rektor Unnes, Prof. Fathur Rokhman, sempat ikut menumpang menuju rektorat.
Raeni menuturkan sempat terancam tak bisa meneruskan kuliah karena penghasilan ayahnya sebagai tukang becak tak cukup. Tapi kini ia membuktikan bahwa anak seorang tukang becak juga mampu berprestasi meski pontang panting mencari beasiswa. Bungsu dari dua bersaudara ini lulus setelah mengenyam pendidikan selama 3 tahun 6 bulan 10 hari.
"Saya kesana kemari mencari beasiswa tapi tidak ada yang dapat. Kemudian saya tahu Unnes masih buka pendaftaran. Saya coba daftar dan ternyata diterima," ucap Raeni. "Di Unnes itu IPK minimal 3 jadi saya berusaha sebaik mungkin dan nggak nyangka hasilnya Alhamdulillah seperti ini."
"Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi," lanjut gadis yang bercita-cita jadi guru itu. "Pengennya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi."
Demi mendapatkan uang untuk kuliah sang anak, Mugiyono rela pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon. "Selepas pensiun dari perusahaan kayu lapis, saya mbecak. Hasilnya, ya, tidak tentu, sehari Rp 10 ribu. Namun, saya juga nyambi jadi penjaga malam sekolah," tuturnya.
Raeni mahasiswa lulusan terbaik Universitas Negeri Semarang (Unnes)
diantar orangtuanya yang seorang tukang becak menuju wisudanya (10/6).
Raeni lulus dengan IPK 3.96. TEMPO/Budi Purwanto
Mugiyono mendorong becak yang mengantarkan putrinya, Raeni mahasiswa
lulusan terbaik Unnes untuk menghadiri wisudanya (10/6). Raeni mengambil
kuliah S1 jurusan Program Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Uness.ac.id
Raeni saat diantar ayahnya, Mugiyono yang seorang tukang becak untuk
menghadiri wisudanya di kampus Unnes, Semarang (10/6). TEMPO/Budi
Purwanto
Rektor Unnes, Prof Fathur Rohkman menyambut Raeni mahasiswa lulusan
terbaik yang akan menghadiri wisuda (10/6). TEMPO/Budi Purwanto
Sumber: tempo.com dan wowkeren.com dan krjogja.com