LiatAja ~ “Muda, cantik dan berkeinginan mulia”. Begitu kesan pertama yang
terpancar dari mojang cantik kelahiran Bandung 15 Sept 1995 ini.
Ditanya mengenai kesibukannya sehari-hari, saat ini Putri menuturkan masih menimba ilmu di salah-satu universitas ternama di Karawang. Selain itu, putri juga memiliki hobi di bidang fotografi, dan aktif terlibat di salah-satu komunitas fotografi kampus.
“Fotografer itu tidak harus laki-laki, di zaman modern ini wanita juga banyak jadi fotografer profesional” komentarnya pendek.
Ketika ditanya motivasinya masuk dunia jurnalistik, putri menuturkan punya keinginan kuat merubah citra jurnalistik yang belakangan tercoreng citranya.
“Salah-satu alasan saya bergabung dengan Kabar Gapura, selain untuk mengembangkan kecintaan saya di bidang fotografi, saya juga berniat merubah citra jurnalistik yang sering dilecehkan” ujarnya bersemangat.
Dijelaskannya bahwa citra jurnalis masa kini, cenderung dilecehkan dan dipandang sebelah mata, lantaran banyak kejadian real di lapangan alih-alih bukannya dibeberkan seluas-luasnya untuk konsumsi publik, malah banyak kejadian pemutar-balikan fakta yang membuat opini publik terdistorsi.
Lebih lanjut putri menuturkan banyak sebutan pada awak media yang nadanya menjorok pada pelecehan dan pengkerdilan profesi jurnalistik. Seperti dicontohkannya sebutan ”wartawan asuk angin, wartawan oteng-oteng, wartawan gadungan, wartawan serabutan, wartawan palakiyah dan sebagainya jelas-jelas bisa dikatakan adalah bentuk pencidraan pada makna profesi jurnalistik” paparnya.
Padahal lanjutnya, jurnalistik atau pers adalah pilar demokrasi paling penting di negeri ini. “Perlu diingat bahwa dahulu pasca kemerdekaan RI, kegiatan pers lah yang paling penting perannya dalam menyebarkan informasi ke seluruh pelosok negeri” kenangnya.
Pers itu pemersatu dan penguat demokrasi, jika kemudian hari ini profesi kejurnalistikan dianggap rendah, maka hal tersebut harus diluruskan. Tegasnya
Hal demikianlah yang mendorong dirinya tergerak untuk terlibat langsung, seranya berusaha merubah citra jelek tersebut ke arah yang lebih baik
Ditanya mengenai kesibukannya sehari-hari, saat ini Putri menuturkan masih menimba ilmu di salah-satu universitas ternama di Karawang. Selain itu, putri juga memiliki hobi di bidang fotografi, dan aktif terlibat di salah-satu komunitas fotografi kampus.
“Fotografer itu tidak harus laki-laki, di zaman modern ini wanita juga banyak jadi fotografer profesional” komentarnya pendek.
Ketika ditanya motivasinya masuk dunia jurnalistik, putri menuturkan punya keinginan kuat merubah citra jurnalistik yang belakangan tercoreng citranya.
“Salah-satu alasan saya bergabung dengan Kabar Gapura, selain untuk mengembangkan kecintaan saya di bidang fotografi, saya juga berniat merubah citra jurnalistik yang sering dilecehkan” ujarnya bersemangat.
Dijelaskannya bahwa citra jurnalis masa kini, cenderung dilecehkan dan dipandang sebelah mata, lantaran banyak kejadian real di lapangan alih-alih bukannya dibeberkan seluas-luasnya untuk konsumsi publik, malah banyak kejadian pemutar-balikan fakta yang membuat opini publik terdistorsi.
Lebih lanjut putri menuturkan banyak sebutan pada awak media yang nadanya menjorok pada pelecehan dan pengkerdilan profesi jurnalistik. Seperti dicontohkannya sebutan ”wartawan asuk angin, wartawan oteng-oteng, wartawan gadungan, wartawan serabutan, wartawan palakiyah dan sebagainya jelas-jelas bisa dikatakan adalah bentuk pencidraan pada makna profesi jurnalistik” paparnya.
Padahal lanjutnya, jurnalistik atau pers adalah pilar demokrasi paling penting di negeri ini. “Perlu diingat bahwa dahulu pasca kemerdekaan RI, kegiatan pers lah yang paling penting perannya dalam menyebarkan informasi ke seluruh pelosok negeri” kenangnya.
Pers itu pemersatu dan penguat demokrasi, jika kemudian hari ini profesi kejurnalistikan dianggap rendah, maka hal tersebut harus diluruskan. Tegasnya
Hal demikianlah yang mendorong dirinya tergerak untuk terlibat langsung, seranya berusaha merubah citra jelek tersebut ke arah yang lebih baik