LiatAja ~ Baru-baru ini, Organisasi Tentara Korea Selatan mengumumkan ada kamp pelatihan militer dua tahunan untuk anak-anak yang berusia di atas 13 tahun. Pelatihan ini ternyata mendapakan respon positif warga Korea Selatan.
Sebagai contoh di Amerika Serikat juga memiliki kamp-kamp serupa yang dirancang untuk remaja yang obesitas.
Kamp pelatihan militer ini diadakan di barat Kota Seoul. Kegiatan selama 4 sampai 14 hari ini menawarkan program dasar militer kepada siapapun dengan membayar biaya sebesar 40.000 won (sekitar 360.000 rupiah).
Terlepas dari yang dijalankan oleh tentara, ada kamp pelatihan militer yang dikelola oleh pihak swasta. Orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak sekolah, veteran, karyawan menghadiri pelatihan ini.
Pelatihan ini merupakan kesempatan untuk menguji batas kemampuan dan meningkatkan kemampuan fisik seseorang. Selama dua tahun wajib militer, pria Korea yang sehat harus mengikuti program ini untuk melatih diri dalam kasus serangan dari Korea Utara.
Anak-anak yang mengikuti kamp pelatihan militer ini harus mengolah fisiknya selama sepuluh jam per hari, seperti latihan dasar, rappelling, simulasi penyeberangan sungai, simulasi pendaratan parasut di tengah hujan lebat, dan kegiatan lain yang dilakukan secara tim.
Kamp pelatihan militer ini cukup membuat anak-anak ketagihan. Yeom Huck (15 tahun) mengatakan bahwa ia sangat gugup tetapi menyenangkan. Dia telah berhasil mendarat dengn parasut dari ketinggian sebelas meter.
Kim Tae-Hoon (17 tahun) telah didorong ayahnya untuk mengikuti pelatihan ini ketika umurnya beranjak 13 tahun. Ini merupakan mimpi ayahnya mengingat dulu ayahnya tidak mengikuti pelatihan ini karena tidak punya uang untuk membayar biayanya.
Kim sangat menyukai pelatihan ini karena mampu meredakan stres dan lebih menyenangkan daripada bermain game komputer. Adiknya, Tae-Hun juga menemukan hal menarik dalam pelatihan ini. Ia senang karena mampu menghilangkan berat badan.
Ternyata tidak semua anak menyukai pelatihan ini. Cho Byung-Chan (15 tahun) merasa kesal dengan orang tuanya karena mengirim dirinya di pelatihan ini. Byung-Chan sangat mencintai game komputer. Dia pun merasa kelaparan dan merasa lelah selama pelatihan itu.
Seluruh keluarga pun bisa menghabiskan liburannya di kamp pelatihan militer ini. Mantan tentara komando, Yoon Jeong-Sik, misalnya, menghabiskan liburan musim panas di kamp pelatihan militer dengan istri dan dua anak perempuan mereka. Dia ingin keluarganya mempelajari apa saja yang ia lakukan selama menjadi tentara.
Sebagai contoh di Amerika Serikat juga memiliki kamp-kamp serupa yang dirancang untuk remaja yang obesitas.
Kamp pelatihan militer ini diadakan di barat Kota Seoul. Kegiatan selama 4 sampai 14 hari ini menawarkan program dasar militer kepada siapapun dengan membayar biaya sebesar 40.000 won (sekitar 360.000 rupiah).
Pelatihan ini merupakan kesempatan untuk menguji batas kemampuan dan meningkatkan kemampuan fisik seseorang. Selama dua tahun wajib militer, pria Korea yang sehat harus mengikuti program ini untuk melatih diri dalam kasus serangan dari Korea Utara.
Anak-anak yang mengikuti kamp pelatihan militer ini harus mengolah fisiknya selama sepuluh jam per hari, seperti latihan dasar, rappelling, simulasi penyeberangan sungai, simulasi pendaratan parasut di tengah hujan lebat, dan kegiatan lain yang dilakukan secara tim.
Kamp pelatihan militer ini cukup membuat anak-anak ketagihan. Yeom Huck (15 tahun) mengatakan bahwa ia sangat gugup tetapi menyenangkan. Dia telah berhasil mendarat dengn parasut dari ketinggian sebelas meter.
Kim Tae-Hoon (17 tahun) telah didorong ayahnya untuk mengikuti pelatihan ini ketika umurnya beranjak 13 tahun. Ini merupakan mimpi ayahnya mengingat dulu ayahnya tidak mengikuti pelatihan ini karena tidak punya uang untuk membayar biayanya.
Kim sangat menyukai pelatihan ini karena mampu meredakan stres dan lebih menyenangkan daripada bermain game komputer. Adiknya, Tae-Hun juga menemukan hal menarik dalam pelatihan ini. Ia senang karena mampu menghilangkan berat badan.
Ternyata tidak semua anak menyukai pelatihan ini. Cho Byung-Chan (15 tahun) merasa kesal dengan orang tuanya karena mengirim dirinya di pelatihan ini. Byung-Chan sangat mencintai game komputer. Dia pun merasa kelaparan dan merasa lelah selama pelatihan itu.
Seluruh keluarga pun bisa menghabiskan liburannya di kamp pelatihan militer ini. Mantan tentara komando, Yoon Jeong-Sik, misalnya, menghabiskan liburan musim panas di kamp pelatihan militer dengan istri dan dua anak perempuan mereka. Dia ingin keluarganya mempelajari apa saja yang ia lakukan selama menjadi tentara.
LiatAja | Sumber: berbagai sumber, tulisan uniqpost